Sabtu, 26 Mei 2018
Tedak Siten
Tedak sinten adalah sebagian dari beberapa kearifan lokal yang ada di Indonesia yang berarti, turun ke bumi. 'Tedak' berarti turun dan 'Siten' berasal dari kata 'Siti' yang berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Bagi para leluhur, adat budaya ini dilakukan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak mulai menginjakkan kakinya ke tanah. Selain itu juga diiringi do'a-do'a dari orang tua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupan.
Tradisi ini dijalankan saat anak berusia tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa. Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36 hari. Jadi bulan ke-tujuh kalender jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan 8 bulan kalender masehi.
Upacara ini dilakukan di pagi hari dengan serangkaian makanan tradisional untuk selamatan. Makanan tradisional tersebut berupa jadah sejumlah 7 warna yaitu merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu untuk prosesi menapakkan kaki bayi di atas jadah 7 warna.
Jadah ini menjadi simbol anak, dan warna-warni dari jadah sendiri menggambarkan jalan hidup yang harus dilalui kelak. Untuk penyusunan warnanya, dimulai dari warna hitam dan berakhir putih, menyimbolkan bahwa setiap permasalahan seberat apapun pasti akan ada titik terangnya.
Dilanjutkan dengan prosesi naik tangga yang terbuat dari tebu jenis arjuna, dan dihiasi kertas warna-warni. Tebu dalam filosofi jawa berarti "manteb ing kalbu". Ritul ini melambangkan harapan agar si bayi memiliki watak kesatria layaknya Arjuna(tokoh pewayangan yang dikenal tangguh, dan bertanggung jawab).
Dan proses selanjutnya yaitu memasukkan bayi di dalam kurungan ayam yang telah diihias dengan kertas warna-warni, serta dihadapkan dengan beberapa barang untuk dipilih. Barang yang di hadapkan seperti cincin atau uang, alat tulis, kipas, cermin, buku, dan pensil. Apapun yang diambil oleh si bayi, menyimbolkan hobi dan masa depannya.
Prosesi terakhir adalah memandikan bayi dengan menggunakan air kembang yang menyimbolkan si bayi, kelak akan membawa nama harum pribadi serta keluarganya.
Untuk makanan tradisional sebagai selamatan berupa tumpeng yang akan di makan bersama keluarga dan tamu-tamu undangan. Tumpeng sendiri menjadi simbol permohonan orang tua agar kelak menjadi anak yang berguna. Sayur kangkung sebagai simbol kesejahteraan, kecambah sebagai simbol kesuburan, kacang panjang sebagai simbol umur panjang, dan ayam sebagai simbol kemandirian.
Upacara tedak sinten merupakan adat budaya yang harus dilestarikan agar tetap terjaga nilai-nilai kebudayaan Indonesia yang mempunyai pesan moral bagi para penerusnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Budaya mencukur rambut bayi atau Akikah, transliterasi Aqiqah adalah pengurbanan hewan dalam syariat Islam, sebagai bentuk rasa syukur ...
-
Dataran tinggi Dieng adalah salah satu kota yang juga mempunyai kegiatan adat budaya yaitu, Ritual Pendem Wedus Kendit . Tradisi ini a...
-
Tradisi potong jari Di Papua yang dilakukan oleh Suku Dani asli Indonesia adalah tradisi yang wajib, khususnya bagi orang tua perempuan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar